Jember Terkini - Jika mengenang kembali pengalaman waktu itu, tentu saja semua ini jauh dari kata masuk akal.
Bagaimana tidak, pada malam itu, istriku melahirkan disebuah rumah sakit yang ternyata rumah sakit tersebut kosong dan tidak berpenghuni.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Hingga saat ini, akupun juga belum bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Karena asal kalian tau, yang kulihat malam itu dirumah sakit tersebut benar benar berbeda dengan kenyataan yang ada.
Rumah sakit yang dilihat orang sebagai rumah sakit kosong tersebut, malam itu benar benar beroperasi layaknya rumah sakit yang masih megah berdiri.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku.
Waktu itu adalah hari selasa tepatnya pukul 22.30 malam.
Istriku yang sedang dalam keadaan hamil berat, saat itu benar benar dalam keadaan kesakitan layaknya orang yang hendak melahirkan.
Karena waktu itu aku masih penduduk baru diperumahan yang aku tinggali saat itu.
Akhirnya malam itu aku membawa istriku seorang diri menuju rumah sakit bersalin yang ada dikota tersebut.
Awalnya, aku memang sangat kesulitan menemukan rumah sakit bersalin dimalam itu.
Karena selain aku memang pendatang, malam itu aku kurang menguasai jalan dan lingkungan,
Singkat cerita, akhirnya malam itu aku memacu motorku menuju pusat kota berharap masih ada klinik atau rumah sakit yang masih buka.
Namun sayangnya, semuanya tidak semudah tangan membalikkan telapaknya.
Ditengah tengah aku masih memacu motorku, kekhawatiranku semakin menjadi jadi ketika aku tau, ketuban istriku ternyata telah pecah dan menandakan jika semuanya harus segera mendapatkan pertolongan.
Dan untungnya, Tuhan berkehendak lain.
Ditengah tengah kebingunganku dengan keadaan istriku, aku dihampiri oleh tukang becak yang menawarkan diri ketika tau kondisiku dan istriku yang memang saat itu sedang membutuhkan bantuan.
Tukang becak tersebut menghampiriku ketika aku berhenti diperempatan lampu merah untuk menata baju dan membenarkan posisi duduk istriku.
" Pak, istrinya mau melahirkan pak?" Sapa bapak bapak penarik becak tersebut.
"Iya pak, didaerah sini rumah sakit terdekat dimana ya pak" jawabku sambil bertanya gugup.
"Ikut saya saja pak", ajak penarik becak tersebut sambil mengajakku berbelok kanan dan keluar dari jalan utama.
Awalnya aku memang sedikit curiga, karena setauku pusat kota masih beberapa kilometer lagi dari perrmpatan jalan ini.
Tapi anehnya, aku malah diajak belok kejalanan yang sedikit sepi dengan melewati beberapa ladang warga.
Dan tanpa memperdulikan hal itu, akupun akhirnya berusaha terus berfikiran positif dengan mengikuti bapak bapak penarik becak tersebut yang berjalan semakin lama semakin cepat saja.
Hingga pada akhirnya...
Akupun ternyata sampai di sebuah rumah sakit yang ternyata ada didaerah tersebut.
Malam itu, aku melihat rumah sakit tersebut tidak berbeda dari rumah sakit pada umumnya.
Bangunan lamanya dengan dikelilingi pohon mangga, menambah kesan jika rumah sakit tersebut sudah berdiri sejak lama.
Dan tanpa memikirkan semua itu, akhirnya akupun segera masuk kedalam rumah sakit tersebut dengan harapan aku segera mendapatkan bantuan.
...........
Singkat cerita...
Ketika aku masuk di bangunan utama rumah sakit tersebut, aku disambut oleh 1 perempuan berbaju hijau lengkap dengan papan nama yang menempel di dadanya.
Bahkan akupun juga ingat, jika papan nama perempuan tersebut bertuliskan "Dewi".
Dialah yang malam itu akhirnya menuntun istriku dan membawanya masuk kedalam ruangan yang berada tepat dibelakang ruang pendaftaran.
Tapi sayangnya, ketika aku hendak mengikuti istriku masuk kedalam, aku dihadang oleh bapak bapak penarik becak tersebut seraya memberi tanda jika lebih baik aku menunggunya disini saja, biar semuanya diurus oleh mereka.
"Bapak tunggu disini saja, nanti juga dipanggil, saya mau pergi dulu ya pak", ucap bapak bapak penarik becak tersebut sambil berjalan pelan meninggalkanku dirumah sakit tersebut.
Awalnya aku tidak terlalu menghiraukan ucapan bapak penarik becak tersebut, karena yang ada difikiranku saat itu hanyalah keselamatan istriku.
Namun karena setelah beberapa saat aku mulai sadar jika aku belum mengucapkan terimakasih kepada bapak penarik becak tersebut.
Akhirnya akupun berlari menyusulnya keluar untuk sekedar mengucapkan terimakasih karena sudah mengantarku dan istriku kerumah sakit ini.
"Ya allah, aku belum bilang terimakasih" ucapku sambil berlari keluar dari rumah sakit tersebut.
Namun anehnya, ketika aku sudah sampai diluar rumah sakit, aku sama sekali tidak melihat adanya bapak bapak penarik becak yang tadi.
Baca Cerita Selanjutnya: Based on True Story! Kisah Seorang Suami yang Menemani Istrinya Melahirkan di Rumah Sakit yang Terbengkalai Eps 2, Jangan Baca Ini Sendirian
Disclaimer :
- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.
- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.
- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.
- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.
- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.