Jember Terkini - Permainan tradisional bukan sekadar hiburan; ia adalah cermin nilai-nilai budaya, interaksi sosial, hingga keterampilan motorik yang berkembang secara alami dalam masyarakat.
Namun, di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi, permainan seperti congklak atau egrang perlahan memudar dari keseharian anak-anak masa kini.
Menariknya, era digital tak selalu menjadi ancaman bagi permainan masa lalu. Justru, teknologi telah membuka peluang baru bagi warisan budaya ini untuk hidup kembali dalam bentuk yang lebih modern: game digital.
Berikut adalah delapan permainan tradisional yang telah mengalami reinkarnasi dalam bentuk game modern, yang tidak hanya menghibur tapi juga menjadi medium pelestarian budaya.
1. Congklak
Permainan yang dikenal dengan berbagai nama di seluruh dunia (seperti Mancala di Afrika dan Timur Tengah) ini kini hadir dalam aplikasi mobile dengan tampilan yang lebih interaktif.
Meskipun desainnya lebih futuristik, prinsip permainan memindahkan biji-biji dari satu lubang ke lubang lain masih menjadi inti permainan.
Game seperti Mancala Club dan Kalah Game membuktikan bahwa strategi klasik ini tetap seru, bahkan di era sentuhan layar.
2. Gasing
Gasing, permainan memutar kayu dengan tali, mengalami perubahan bentuk besar namun tetap membawa semangat kompetisi yang sama.
Game seperti Beyblade Burst atau Spin Tops mengadaptasi prinsip dasar gasing ke dalam bentuk duel antar pemain.
Meski dalam format yang jauh lebih modern dan penuh efek visual, semangat ‘adu putaran’ tetap lestari.
3. Egrang
Permainan tradisional berjalan dengan tongkat bambu kini tidak lagi hanya dimainkan di lapangan.
Game berbasis VR dan mobile seperti Stilt Walker memanfaatkan teknologi gerak dan sensor keseimbangan untuk menantang pemain menjaga kestabilan, mirip dengan sensasi bermain egrang secara fisik.
Ini membuktikan bahwa kearifan lokal bisa bersanding dengan teknologi imersif.
4. Petak Umpet
Petak umpet, permainan klasik dengan elemen kejar-kejaran dan sembunyi, telah menjadi fondasi bagi banyak game modern.
Dari Hide Online yang mengusung konsep prop hunt, hingga Hello Neighbor yang menyajikan gameplay berbasis intrik dan misteri, esensi ‘bersembunyi dan mencari’ masih kuat terasa.
Petak umpet kini bukan hanya soal tempat fisik, tapi juga strategi, logika, dan kepekaan.
5. Bentengan
Bentengan adalah permainan tim yang memadukan lari, strategi, dan taktik menyerang.
Game seperti Capture the Flag dalam dunia game FPS (first-person shooter) merupakan bentuk digital dari permainan ini.
Bahkan beberapa game esports menyematkan mode serupa untuk menciptakan gameplay berbasis pertahanan markas dan penyerangan terkoordinasi.
6. Lompat Tali
Lompat tali atau skip rope kini muncul dalam banyak aplikasi edukasi dan game ritmis.
Game seperti Jump Rope Challenge atau fitur dalam Nintendo Ring Fit Adventure menggunakan kontrol sensor gerak yang memberikan pengalaman bermain yang lebih nyata.
Tak hanya menyenangkan, game ini juga menjadi cara baru untuk menjaga kebugaran dengan semangat permainan tradisional.
7. Sepak Takraw
Permainan unik yang menggabungkan sepak bola dan bola voli ini telah diadaptasi dalam bentuk game seperti Sepak Takraw League.
Game ini tak hanya memperkenalkan olahraga tradisional Asia Tenggara ke dunia, tapi juga memperlihatkan kompleksitas teknik dan strategi yang luar biasa.
Sepak takraw bukan sekadar permainan kaki, tapi simbol kekayaan budaya olahraga regional.
8. Kelereng
Siapa sangka permainan kelereng yang dulu populer di halaman sekolah telah menjadi inspirasi untuk game seperti Marble It Up, Marble Madness, hingga bagian dari Squid Game.
Dalam versi digitalnya, aspek ketepatan, strategi, dan refleks tetap dipertahankan. Bahkan, nilai kompetitifnya justru semakin menonjol di arena virtual.
Transformasi permainan tradisional menjadi game modern adalah bukti bahwa budaya bisa berkembang, bukan menghilang.
Dengan pendekatan kreatif, permainan masa lalu dapat dihadirkan kembali dalam bentuk yang relevan bagi generasi digital.
Ini bukan hanya tentang adaptasi visual atau gameplay, tapi tentang mempertahankan esensi: nilai budaya, kebersamaan, dan hiburan yang mendidik.
Melalui layar ponsel atau komputer, permainan tradisional kini menjangkau audiens yang lebih luas, bahkan lintas negara dan generasi.
Maka, jangan heran jika suatu hari nanti anak-anak mengenal congklak bukan dari papan kayu, tapi dari aplikasi favorit mereka. Yang penting, semangat dan makna di balik permainannya tetap lestari.