![]() |
Puluhan Siswa SMPN 4 Jember Kesurupan Massal Usai Upacara Bendera. /Dok. Istimewa |
JemberTerkini.ID - Puluhan siswa di SMP Negeri 4 Jember mengalami kesurupan massal setelah melaksanakan upacara bendera pada Senin (17/2/2025) pagi.
Peristiwa ini menyebabkan proses belajar-mengajar terganggu dan harus dihentikan sementara hingga situasi kembali kondusif.
Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 07.30 WIB, tidak lama setelah upacara selesai.
Menurut salah satu siswi yang enggan disebutkan namanya, gejala kesurupan sudah mulai terlihat saat upacara berlangsung.
“Saat pelajaran berlangsung, mulai dari kelas 1, 2, dan 3 mengalami kesurupan. Tapi memang pas upacara tadi sudah ada yang kesurupan,” ujarnya.
Kepala SMPN 4 Jember, Surawi, menjelaskan bahwa para siswa awalnya kembali ke kelas setelah upacara untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
Namun, tak lama kemudian, beberapa siswa mulai menunjukkan tanda-tanda kesurupan.
“Tahu-tahu sudah ada dua atau tiga anak yang kesurupan. Banyak permintaan dari jin yang merasuki, kalau tidak dituruti, katanya akan ada lebih banyak korban,” ungkap Surawi.
Murid yang pertama kali kesurupan meminta agar pihak sekolah membacakan surat Yasin, Ayat Kursi, dan selawat.
Namun, setelah doa-doa tersebut dibacakan, jumlah siswa yang mengalami kesurupan justru bertambah.
Melihat situasi yang semakin tidak terkendali, Surawi memutuskan untuk memulangkan sebagian besar siswa yang masih dalam kondisi sehat guna mencegah kejadian lebih lanjut.
“Saya ambil sikap, anak-anak yang merasa sehat saya suruh pulang ke rumah masing-masing. Sementara yang sakit, orang tuanya bisa datang ke sekolah,” jelasnya.
Dari laporan pihak sekolah, total ada 32 siswa yang mengalami kesurupan. Kejadian ini bukan kali pertama terjadi di lingkungan sekolah, namun jumlah siswa yang terpengaruh kali ini cukup signifikan.
Kesurupan massal di sekolah-sekolah bukanlah fenomena baru di Indonesia.
Para ahli menyebut kondisi ini bisa terjadi akibat faktor psikologis, tekanan akademik, kelelahan, atau sugesti massal yang berkembang di antara siswa.
Beberapa kasus juga dikaitkan dengan faktor kepercayaan dan lingkungan sekolah.***