Jember Terkini - Mendengar hal itu, tentu saja aku dan pak Satpampun seketika terkejut bukan main dan akupun langsung bergegas berlari kearah sumber suara tersebut dan segera mematikannya.
"Ya Allah, ya persis seperti itu bu suaranya kemarin waktu aku dengar dari luar", ucap pak satpam tiba tiba
"Yaudah, bapak kembali ke pos ya, segera kasi kabar kesaya, bagaimana solusinya. Saya mau berangkat kerja pak", ucapku.
Dan setelah kejadian pagi itu, akupun sedikit lebih tenang karena aku berharap segera ada bantuan agar semuanya bisa kembali seperti sedia kala.
Singkat cerita, hari itupun berlalu begitu saja.
Waktu itu, aku pulang kerja lebih malam dari biasanya, karena selain pekerjaan menumpuk, hari itu waktu lebih sering aku gunakan untuk melamun.
Hal itulah yang akhirnya membuat pukul 22.00 malam aku baru sampai dirumahku, tentu saja waktu selarut itu sudah termasuk aku mampir terlebih dahulu kerumah saudaraku untuk mengambil anakku yang memang aku titipkan dirumahnya seperti biasanya.
Malam itu, ketika aku baru saja sampai di halaman rumahku, aku sudah disambut dengan pemandangan yang sangat tidak masuk akal.
Bagaimana tidak, dengan badanku yang masih menggendong anakku dan tanganku yang juga masih menjinjing tasku.
Aku melihat didalam rumahku seperti ada seseorang yang sedang menari nari layaknya penari yang sedang melakukan pertunjukan.
Bajunya khas jawa, lengkap dengan semua atributnya, saat itu memang bisa kulihat dari arah halaman rumahku meski aku belum sampai masuk kedalam rumah.
Hal itu memang wajar, karena selain adanya penerangan didepan rumahku, gorden rumahku memang tidak pernah kututup dengan rapat.
Hal itulah yang akhirnya membuat aku bisa melihat dengan sangat jelas, mulai dari tinggi badannya, warna bajunya hingga wajah cantiknya, semuanya kuperhatikan bahkan dengan waktu yang cukup lama.
Dan setelah puas melihat semuanya, akupun segera masuk kedalam rumahku sambil berteriak sekencang kencangnya.
"Hey! Siapa kamu?" ucapku sambil merogoh kunci pintu rumahku yang saat itu masih berada didalam tas jinjingku.
Namun anehnya, setelah aku berhasil membuka pintu rumahku, penari tersebut seolah tidak memperdulikanku.
Dia seolah acuh dengan kedatanganku dengan dia yang terus melanjutkan gerakan tariannya.
Melihat hal itu, tentu saja aku seketika melangkahkan kakiku perlahan mendekatinya sambil mulutku yang tidak berhenti berteriak memanggilnya.
"Hei! Siapa kamu?" teriakku sambil tidak menghentikan langkahku.
Tapi sayangnya, belum sampai aku didekatnya, penari tersebut terlihat menyudahi tariannya dan berjalan cepat kearah samping ruangan rumahku yang kini aku tidak lagi bisa melihatnya karena pandanganku yang sudah terhalang dinding.
"Hey! Mau kemana kamu?" ucapku dengan mempercepat laju langkahku.
Namun anehnya, setelah aku sampai di ruangan tengah tempat penari tersebut menari, waktu itu tubuhku seketika lemas tidak karuan.
Badanku gemetar dengan keringat yang sudah keluar bercucuran.
Bagaimana tidak, malam itu aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.
Diruangan itu, aku melihat almarhum suamiku yang duduk dikursi kayu dengan penari tersebut yang berdiri tepat dibelakangnya.
Dan tidak hanya itu, wajah ayu yang sebelumnya kulihat dari penari tersebut, waktu itu tiba tiba berubah menjadi rusak tidak karuan.
Bola matanya yang membusuk dengan bibir yang sobek kesamping, sudah cukup membuat aku seolah tidak lagi bisa bernafas.
Ditambah lagi, wajah suamiku yang terlihat menghitam dengan bola matanya yang juga terlihat meleleh, membuat saat itu menjadi saat saat yang tidak akan pernah aku lupakan selama hidupku.
Aku berteriak sekuat tenaga dengan anakku yang saat itu juga tiba tiba bangun dan menangis tidak karuan.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Teriakku sambil seketika berlari masuk kedalam kamarku dan langsung menguncinya dari dalam.
Namun nyatanya, terror itu tidak berhenti disitu saja.
Ditengah tengah aku masih ketakutan sambil memeluk anakku erat.
Malam itu tiba tiba aku kembali melihat sosok makhluk halus yang kini ada disalah satu sudut ruangan kamarku.
Dan sayangnya, Dia bukanlah suamiku ataupun sosok penari yang sebelumnya kulihat, namun kali ini dia adalah sesosok pocong dengan wajah yang tidak kalah mengerikan.
Wajah hitamnya dengan kain putih lusuh yang terlihat sudah kecoklat coklatan, saat itu berdiri tegak sambil memandangiku dengan tidak mengeluarkan sepatah kata.
Melihat hal itu, akupun segera berlari keluar dari kamarku dengan anakku yang semakin menangis tersedu sedu.
Dan tidak berhenti disitu saja, setelah aku keluar dari kamarku, sound system yang ada dirumahkupun juga tiba tiba berbunyi dengan diawali suara tidak jelas dan lama lama semakin jelas terdengar, jika suara tersebut adalah suara musik alunan khas jawa yang kukira adalah suara yang sama yang pernah kudengar saat aku masih bersama pak Satpam beberapa waktu yang lalu.
Mendengar hal itu, akupun merasa sudah tidak kuat lagi menahan semua gangguan yang aku alami.
Aku berlari keluar dengan tetap menggendong anakku dengan sesekali menoleh kembali kearah rumahku.
Ketika aku menolehpun, aku juga kembali melihat penari tersebut menari nari diruangan tengah rumahku.
Dan tidak hanya itu, aku juga sempat melihat ada beberapa orang yang terlihat duduk di hampir semua kursi yang ada dirumahku.
Mereka terlihat duduk santai melihat penari tersebut menari nari dengan lembutnya.
Saat itu, aku sudah tidak lagi menghiraukan semua yang terjadi didalam rumahku, karena akupun tau, jika semua orang dirumahku saat itu bukanlah manusia, melainkan mereka semua adalah hantu.
Dan setelah aku berhasil masuk kedalam mobilku dan keluar dari rumahku, saat itu aku langsung menuju rumah saudaraku dengan perasaan yang sangat ketakutan disertai tangisanku yang sudah tidak lagi bisa kutahan.
"Ya Allah, lindungilah aku", rintihku.
Dan singkat cerita, sesampainya aku dirumah saudaraku, akupun menceritakan semua kejadian yang menimpaku dan akhirnya akupun menumpang dirumahnya untuk beberapa waktu.
.............
Hari sudah berganti hari lagi dan aku masih tidak berani kembali pulang kerumahku.
Hingga akhirnya, kabar tentang keadaankupun terdengar oleh saudara almarhum suamiku yang akhirnya membuat beliau datang kerumah saudaraku ini untuk mengunjungiku.
Ketika beliau mengunjungiku, tentu saja aku kembali menceritakan semua kejadian yang telah menimpaku.
Om Benny, selaku saudara almarhum suamiku, saat itu tentu saja seketika terkejut dengan apa yang sudah aku katakan.
Dan dengan tidak menanggapi semua ucapanku, waktu itu beliau langsung duduk di salah satu kursi yang ada di rumah saudaraku dengan menggendong anakku yang saat itu masih tertidur lelap.
"Ningsih", ucap om Benny sambil duduk menggendong anakku.
"Maksudnya?" sahutku kaget.
"Penari yang kamu lihat, itu adalah Ningsih, dia penari dari Banyuwangi", tutur Om Benny singkat.
"Terus siapa dia, kenapa dia datang menggangguku", ucapku.
"Kamu cari rumahnya di Banyuwangi, mungkin disitu kamu akan tau semuanya. Dan mungkin, semuanya akan segera berakhir. Tapi asal kamu tau, setelah kamu berhasil menemukan Rumahnya, kamu akan mengetahui sebuah kenyataan yang mungkin tidak akan bisa kamu terima", jawabnya.
"Kenapa gak om Benny aja yang cerita, aku sudah tidak kuat lagi om hidup kayak gini", rintihku sambil kembali menangis tersedu sedu,
"Suamimu yang minta", jawabnya tegas.
Mendengar hal itu, akupun akhirnya terdiam dengan fikiran yang masih sangat tidak karuan.
Dan singkat cerita, setelah mendengarkan semua penuturan dan arahan dari om Benny, akhirnya akupun mencari rumah penari tersebut yang menurutnya berlokasi di Banyuwangi jawa timur.
Akhir cerita, setelah kepulanganku dari Banyuwangi dan mengetahui semuanya, kini aku berharap tidak ada lagi gangguan-gangguan yang menggangguku seperti sebelumnya.
Dan dengan dibagikannya cerita ini disini, selain aku berharap semua ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain, Cerita ini akan kujadikan sebagai kenangan tersendiri yang tidak akan pernah aku lupakan hingga aku tua nanti.
Dalam video pembahasan cerita yang sudah tersedia di channel youtube lakon story, kami akan mengungkap siapa sebenarnya sosok Ningsih dan kenapa semua ini bisa terjadi.
Waktu itu, narasumber bersama saya (penulis) memang mengunjungi rumah Ningsih yang berada di Kota Banyuwangi.
Hal itu memang sengaja kami lakukan karena narasumber yang mengaku sangat membutuhkan bantuan.
Disana, kita dijamu dengan ramah yang akhirnya semuanya berubah setelah satu persatu kenyataan mulai terungkap.
Namun dengan semua perjuangan kami, semoga semua gangguan tersebut bisa segera berhenti.
Kenapa kami tidak menuliskan semuanya disini? Karena memang selain PERMINTAAN DARI NARASUMBER, semua ini sengaja kami lakukan untuk menghindari cerita kali ini di copas, di story telling ataupun di reupload oleh orang orang yang tidak tahu menahu tentang seluk beluk cerita ini atau orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Karena asal kalian tau, akhir cerita ini benar benar sangat sensitif, mulai dari aib keluarga, masalah pribadi, pelajaran hingga kenyataan yang sangat memilukan, semuanya bercampur menjadi satu sehingga sangat tidak berlebihan kalau cerita ini kami anggap sebagai lebih dari sebuah cerita horror belaka.
Bahkan, waktu itu sosok Ningsih pun juga hadir untuk ikut mendengarkan semua penuturan dari kami.
Semoga dengan dibagikannya cerita ini, kita bisa memetik pelajaran agar kita lebih berhati hati lagi dalam menjalani hidup.
Dan selanjutnya, sangat besar harapan kami agar kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi.
Terimakasih teman teman, semoga cerita ini menemani hari hari kalian.
Sampai jumpa lagi di cerita cerita kami berikutnya. END (JT/LakonStory)
Disclaimer:
- Tempat dan nama telah disamarkan demi menjaga privasi narasumber.
- Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik akun X/LakonStory.
- Segala bentuk plagiasi ataupun pengutipan isi cerita tanpa seizin dan sepengetahuan penulis akan kami tindaklanjuti.
- Hanya Jember Terkini merupakan website resmi yang ditunjuk oleh Lakon Story untuk dapat mempublikasikan tulisan ini.
- Segala isi cerita yang ada telah diambil dari narasumber yang bersangkutan serta adanya sentuhan perubahan agar cerita menjadi nyaman untuk dibaca.